Adalah sebuah bencana besar, ketika para intelektual
bungkam tehadap permasalahan umat, yang nyata terjadi didepan matanya. Dan hari
ini kita menyaksikan itu semua. Pemuda yang diharapkan menjadi penerus bangsa,
kini sibuk dengan urusannya masing-masing. Selagi kuliah mereka sibuk belajar
mengejar indeks prestasi, setelah lulus sibuk
mengejar karir dan kebahagiaan dunia. Makna sukses dimata mereka adalah
jika setelah mereka lulus, mereka mendapatkan pekerjaan di tempat yang bonafide
dan mempunyai keluarga yang bergelimang harta, rumah dan mobil mereka siapkan
untuk mengisi kebahagiaan dunianya.
Di sisi yang lain, pemuda yang tidak berkesempatan duduk
di bangku perkuliahan, atau mereka yang kurang suka dengan aktivitas belajar
–walau statusnya mahasiswa. Mereka asik memanjakan diri mereka sendiri. lihat
saja narkoba, miras, video porno, game online, geng motor, dan masih banyak
lagi aktivitas mubajir dan mudorot lainnya, menjadi tempat berlabuh mereka. Mereka
merasa akan gagal dimasa depan, gagal mendapatkan pekerjaan bonafit, gagal
mempunyai rumah dan mobil mewah, merasa gagal untuk bahagia – definisi mereka.
Akhirnya mereka melakukan aktivitas, yang jangankan bermanfaat untuk umat,
apalagi untuk akhirat, bermanfaat untuk dirinya saja tidak.
Menurut kemdikbud, data statistik Jumlah kampus di
indonesia meningkat, secara otomatis jumlah mahasiswanya pun meningkat. Berarti
semakin banyak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berpendidikan. Jumlah sarjana,
magister dan dokter terus meningkat. Ribuan karya ilmiah dihasilkan tiap
tahunnya. Belum lagi kita menyaksikan, tidak sedikit anak bangsa yang memboyong
piala-piala kometisi setingkat dunia. Sungguh membanggakan.
Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan SDA (Sumber
Daya Alam) nya. Secara logika sederhana, sebuah negara yang memiliki SDA dan
SDM yang melimpah, akan menjadi negara yang maju. Namun apa yang terjadi dengan
negara kita?
Sungguh miris, hampir seluruh SDA strategis dikuasai
oleh asing. Lihat saja, Freeport milik Amerika Serikat, pasca pengesahan Undang
–undang no 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) . Pada 7 April
1967, pemerintah Indonesia melakukan penandatanganan kontrak izin eksploitasi
tambang di Irian Jaya dengan Freeport. Itu berarti, Freeport sudah mengeruk emas dan tembaga di negeri
kita berpuluh-puluh tahun.
Jelas, sangat merugikan negara. Coba saja jika tambang
emas di Mimika Irian Jaya ini dikuasai negara, Indonesia sudah tidak harus
berhutang dalam memenuhi anggaran belanjanya. Karena menurut
majalah Mining International,
tambang emas Freeport di Papua
ini adalah tambang emas terbesar didunia. Dan anehnya kontraknya diperpanang
sampai 2041. Itu baru Freeport, masih banyak perusahaan-perusahaan asing yang
bercokol di Indonesia. Lantas dimana para intelektual Indoneisa?
Ada, mereka ada di Freeport, Chevron, Exxonmobil, dan perusahaan-perusahaan asing lainnya yang
bertengger di negeri ini. Namun bukan sebagai pengelola yang mengabdikan ilmunya
untuk membangun bangsa dan mensejahterakan rakyat Indonesia. Mereka disana,
mendedikasikan ilmunya untuk kebahagiaan mereka sendiri. Gaji puluhan juta per
bulan, mereka dapatkan dengan menjadi ‘jongos’nya perusahaan asing. Mereka tidak
peduli SDA nya dikeruk oleh asing, rakyat hidup sengsara, yang mereka pedulikan
hanya kebahagiaan diri dan keluarganya. Resmi lah para intelektual kita menjadi
sekrup kapitalisme. Menjadi budak di negeri sendiri.
Hilangnya Potensi dan Peran Penting Para Intelektual
Potensi pemuda sangatlah besar, mereka adalah
tumpuan masa depan yang akan mewarisi peradaban. Yang akan memimpin bangsa.
Namun sayang sekulerisme-kapitalisme mencabut potensi besar mereka. Seharusnya
mereka lah yang lantang bersuara menentang “penjajahan” oleh perusahaan asing ,
bukan malah mendulang manfaat akan keberadaan mereka di negeri ini.
Harusnya mereka, kaum intelektual yang mengelola SDA
negeri ini yang berlimpah, agar manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh rakyat
Indonesia, bukan malah menjadi sekrup-sekrup kapitalisme yang justru
melanggengkan keberadaan mereka di negeri ini. Lihatlah siapa yang menyusun dan
mengesahkan UU Penanaman Modal, UU Migas, UU Ketenagalistrikan, UU Sumber Daya Air.
yang menyengsarakan rakyat? Semua itu adalah hasil karya para intelektual
Indonesia.
Mengapa mereka bisa tega menggadaikan negerinya dan
menghamba pada tuan-tuan kapitalis (pemilik perusahaan asing) yang telah nyata
menjajah negeri kita? ini adalah problem sistemik dan rekayasa terstruktur.
Pasca runtuhnya kekuasaan Islam, Daulah Khilafah
Islam di Turki Utsmani, ide sekulerisme
(pemisahan agama dengan kehidupan yang disambut dengan pemisahan agama
dengan negara) semakin eksis dan di emban oleh banyak negara, tak terkecuali
negeri-negeri muslim. Sistem pemerintahan yang sekuler, tentu berdampak pada
sistem pendidikan yang sekuler.
Sistem pendidikan sekuler, mengabaikan pendidikan
agama. Padahal dalam pandangan Islam, pendidikan awal bagi anak-anak adalah
pendidikan agama. Setelah pendidikan agama (aqidah) sebagai pondasi telah kuat,
barulah mereka menempa dirinya dengan pendidikan yang bermanfaat untuk umat. Seperti
kebanyakan negara-negara lainnya, sistem
pendidikan Indonesia pun berbasis sekuler.
Sehingga ilmu yang didapat di sekolah tidak berbanding
lurus dengan ketakwaanya. Jadi jangan heran, jika kita melihat orang pintar, menggunakan
ilmunya untuk berbuat kerusakan. Misalnya, meretas sistem keamanan bank. Yang
melakukan ini tidak mungkin orang yang berpendidikan rendah. Minimal mereka mengetahui
ilmu IT (teknologi informasi). Lantas kenapa
mereka melakukan ini?tentu, karena agamanya di pisahkan dengan kehidupannya, agamanya
disimpan rapat di kehidupan pribadinya atau bahkan dibuang. Tindakan mereka
tidak didasarkan pada boleh tidaknya oleh syariat. Yang mereka lakukan murni atas kepentingan hawa
nafsunya.
Akibat sekuler pula, menurut Fika Komara, cara
berfikir kaum intelektual menadi sektoral, parsial kebidangan, dan apolitis. Akhirnya
kaum terpelajar menjadi terpisah dengan umat. Mereka sibuk dengan kepentingan
yang berputar pada individunya. Mereka sulit memahami persoalan umat.
Sekularisasi ini terus berestafet dengan ideologi kapitalisme
yg menjadi peran utama dalam dunia pendidikan saat ini. Hasilnya, tujuan
pendidikan hanya sebatas materi. Bisa dilihat, para mahasiswa sekarang
memandang perguruan tinggi adalah satu jalan menuju ‘kesuksesaan’ ala mereka.
Sehingga wajar jurusan-jurusan yang “mudah mengalir uang” menjadi jurusan yang
banyak diminati. Mahasiswa hari ini mencari jurusan bukan karena passion atau karena jurusan ini sangat
bermanfaat buat umat, namun mereka memilih jurusan dan perguruan tinggi, yang
memudahkan mereka untuk diterima diprusahaan-perusahaan bonafide. Mereka tidak
peduli apakah perusahaan itu merugikan negara atau kah tidak. Sekali lagi ini
adalah pengkerdilan potensi pemuda.
Iniilah yg disebut oleh Proff James Duderstadt,
yaitu era keberlimpahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun tidak mampu menjawab
krisis kemanusiaan, krisis ekonomi, krisis moral, krisis politik dan krisis
generasi. alias era kegagalan, karena manusia terus menerus memproduksi ilmu
pengetahuan ,namun terus menerus pula
memproduksi krisis.
Mahasiswa Mulia dalam Pandangan Islam
” Allah akan menganngkat derajat orang-orang
yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Allah maha
mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan” (QS Al Mujadilah , ayat 11)
Dalam tafsir Al
Jalalain dijelaskan bahwa, diakhir ayat diterangkan bahwasannya Allah akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman, yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan
perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, berusaha menciptakan
suasana damai, aman dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang
yang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah.
Dari ayat ini
dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi
Allah ialah orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu diamalkan sesuai dengan
yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa Dia
Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi
bagi-Nya, siapa yang durhaka kepada-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil,
sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas
dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.
mahasiswa adalah pemuda
dan orang yang berilmu, berbahagialah dan bersyukurlah karena kita diberikan
oleh Allah kesematan untuk bisa mengenyam pendidikan yang melebihi rata-rata
orang Indonesia -Perguruan tinggi. Lantas seperti apa karakteristik mahasiswa
yang sesuai dengan ayat Allah? pertama mahasiswa harus mempunyai kepribadian
Islam, apa yang dia fikirkan dan apa yang dia lakukan haruslah berporos pada
Islam. Begitupun mahasiswa haruslah cerdas dan peduli dengan umat, karena orang
cerdas akan mampu menyelesaikan permasalahan umat. Selanjutnya mahasiswa
haruslah lantang menyuarakan kebenaran, karena sesungguhnya ini adalah jalan kebaikan.
Terakhir mahasiswa haruslah menjadi garda terdepan dalam membangun peradaban
Islam. karena dengan tegaknya peradaban Islam, cahaya Islam akan mampu
menyinari seluruh pelosok dunia.
Mari kita tengok para
pemuda intelektual muslimah dan kiprahnya bagi dunia. Pertama, Maryam Ijliya al
Asturlabi, seorang perempuan astronom yang dijuluki “ Al-Asturlabi” karena
memiliki kontribusi luar biasa dalam Astrolab (sebuah alat penting dalam
navigasi astronomis). Ada juga Fatimah Al Fihriy, muslimah asal Tunisia yang
mendirikan Universitas Al Qarawiyyin sebagai kampus tertua dan pertama didunia.
ada juga Muhammad Al faith yang mampu menembus benteng romari. yang dengannya
islam masuk ke belahan eropa.
Tentunya, karakter pemuda di atas akan sulit kita temukan dalam sistem saat ini
-sekulersime kapitalisme. Pemuda terbaik akan dihasilkan dari sistem yang
terbaik yang pernah ada di dunia,
yaitu sistem Islam. Islam ketika diterapkan dalam sebuah sistem negara – Daulah
Khilafah Islamiah, akan mampu melahirkan banyak intelektual muda yang hadir
untuk menyelesaikan permasalahan umat. Wallahu Ta’ala A’lam.
Kanti Rahmillah,
S.T.P, M.Si
Makalah Konferensi Intelektual Muslimah Purwakarta 2016