Jumat, 24 November 2017

Berenang di Kamar Mandi


Selepas anak-anak di ajak beli sayur yang lumayan jauh tempatnya, dan saat itu cuaca sedang panas-panasnya. Tepatlah sudah mengajak bocah untuk renang. Antusias? tentu….

Ahh andai kalian tau, senangnya umi saat kalian tak sabar, balon kolam renang di pompa. loncat-loncat kegirangan. Peralatan renang sudah dikeluarkan, bola, boneka, ban.

tapi, lagi - lagi, masih ada nada tinggi keluar dari mulut umi. maafkan umi ya nak, umi masih belajar.

Selesai dipompa, anak-anak langsung ke kamar mandi untuk berenang. Nah selagi diisi air, seperti biasa, umi tinggal masak. Dan apa yang terjadi setelah umi tengok mereka? mereka meluberkan air kerumah tengah.

Memang beberapakali mereka mengajaak saya untuk ikut main. Namun karena urusan dapur belum selesai, maka saya hanya bilang ‘iya nak, sebentar lagi.

Wal hasil, kerja doble nih. Nah masak selesai, barulah saya ke kamar mandi untuk bermain bersama mereka. Terpancar dari mata mereka, kegembiraan umi nya…. senangnya.

Mulai permainan, karena tema kali ini matematika logika. Lontaran pertanyaan umi. Warna gayung apa? biru jawab zahra, warna yang sama dengan gayung apa aja? disebutkan lah benda 2 dan gambar2.yang berwarna biru.

Hanya sedikit pertanyaan, sisanya anak2 malah fokus main. Yasudahlah lanjut aja yah mainnya.

Sekarang sedang ada yang bantu alhamdulillah, segala kekacauan hari ini bisa dibereskan semua sama si ‘mba’. Mungkin jika tidak ada art, saya udah marah2 karena seluruh ruang tengah banjir disirami air, atau bekas renang mereka yang ternyata banyak mainan tambahan yang dibawa. terimakasih ya mb Odah.

Dan, setelah renang. air pun mati. Ya Allah,.... negara ini, air adalah hajat hidup orang banyak. di komplek kami, akhir-akhir ini sering mati pam nya.

Tapi mari kita bersyukur atas apa yang Allah limpahkan pada kita

Kanti Rahmillah

25 Nov

#day 2

# tantangan10hari

#ilovemath

#bunsai2

Kamis, 23 November 2017

I Love Math

Bercerita tentang anak memang tak ada habisnya, amanah besar yang mungkin bagi sebagian besar di remehkan. Nah bagi yang meyadari bahwa, anak adalah titipan sang maha kuasa, pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang telah engkau lakukan agar menjadi orang yang terbaik dalam menjaga amanah.

Bulan ini adalah bulan ke 6 saya mengikuti kelas #bundasayang IIP . Dan baru saat ini, berani menuliskan tugas di blog. Whay? karena saya ga PeDe, karena saya merasa ga cukup punya waktu, untuk buat tulisan yang siap dibagi. And now i am ready.

Padahal tugasnya ringan…. seringan bantal empuk. cuma buat tulisan tentang keseharian anak minimal 10 tulisan, berurut.. tapi ya begitu lah mamak, suka dibuat rumit, tapi kan sekarang saya coba buat tugas yang tidak ala kadarnya. Mudah- mudahan istiqomah.

Tugas kali ini saya awali dengan kegiatan membaca buku. Saya sampaikan pada paksu bahwa bulan ini adalah bulan matematik. Bagaimana agar anak-anak terstimulus logika matematik nya.

Ternyata setelah baca materinya, matematika bukan hanya bicara berhitung, pengenalan warna, bentuk pun termasuk logika matematik.

Kegiatan kami membaca buku ensiklopedi tentang air, oleh abi nya di jam 1821 (18.00-21.00 adalah we time, berusaha no gadget ) dan siang hari oleh umi nya. Dalam membaca, pertanyaan yang dilontarkan umi abinya, berapa jumlah ikan nya? ikan hiu warnanya apa? ikan hiu dan udang besaran mana?

Jawabannya, tentu ramai sekali, mereka bersahutan. Fikr ( 4 tahun 8 bulan ) yang paling tepat menjawab. Logika matematik nya sudah baik. Fikr sudah bisa berhitung sampai 10, sudah bisa menjawab soal cerita pertambahan, pengurangan sederhana.

Zahra ( 3 tahun pas) paling senang di ajak permainan warna, dia hafal warna dengan cepat daripada kakak nya fikr.

Ghozi ( 2 tahun ,1 bulan) mengoceh antusias, walau selalu jawabanya 2😅.

Alhamdulillah semangat mereka adalah semangat umi abinya. mudah2an istiqomah.

kanti rahmillah

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIip
#ILoveMath
#MathAroundUs
#day1

Senin, 07 Agustus 2017

Beragama Tidak Boleh Bercanda

Pejabat negara yang seharusnya menjadi rujukan para ulama, yang seharusnya menjadi orang yang paling serius dalam mengatur negara ini dalam kehidupan beragama, malah mengatakan jangan terlalu serius dalam beragama karena akan menjadikan kurang toleran.

Sungguh miris perkataan tersebut keluar dari seseorang yang bukan hanya beragama Islam, namun juga seseorang yang dianggap mampu menciptakan jawil iman masyarakat Idonesia.

Toleransi menjadi dalil bolehnya minum arak (mengandung khomer) yang jelas-jelas diharamkan oleh syariat. Kegiatan rohis di sekolah diawasi karena dapat menjadi bibit terorisme. Lgbt ( lesbi, gay, bisex, transgender) diberi penghargaan, padahal Allah melaknat perbuatan tersebut. Seharusnya tak pantas perkataan dan perbuatan diatas dilakukan oleh seseorang yang diserahi amanah dalam mengurusi agama di Indonesia.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, artinya rahmat bagi seluruh alam. Jangankan manusia, hewan dan tumbuhan pun dapat merasakannya. Bagaimana tidak, Islam melarang manusia merusak alam juga melarang menganiyaya binatang. Sehingga dengan adanya Islam akan tercipta kehidupan yang dinamis dan harmonis.

Islam hadir dengan seperangkat aturannya yang paripurna untuk seluruh umat manusia. Tak memandang status agamanya, Islam atau non Islam. Islam tidak pernah memandang sebelah mata pada agama lain. Justru Islam memandang mereka adalah objek dakwah. Dakwah tanpa paksaan. karena tiadak ada paksaan dalam beragama.

Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan” (QS. Al Baqarah: 256)

Namun tidak ada paksaan beragama jangan diartikan pluralisme, menganggap semua agama benar. Kita harus meyakini agama Islam adalah agama yang benar. Toleransi berwujud tidak menghalangi agama lain untuk beribadah, bukan ikut serta beribadah dengan mereka.

Islam dengan syariatnya yang sempurna mampu menjawab tantangan zaman. Oleh karena itu wajar akhirnya jika kita katakan, problematika besar yang menimpa negeri ini adalah akibat syariat Islam tidak dijadikan pedoman hidup oleh setiap individu didalamnya.

Sering kita mendapatkan seorang muslim yang  phobia terhadap Islamnya sendiri. Sebenarnya ini adalah hal yang sangat tidak wajar satu sisi. karena Islam adalah agama rasional yg sangat mudah difahami.

itulah sebab mengapa imam syafii mengatakan kewajiban pertama bagi para mukalaf (orang yang terbebani hukum) adalah berfikir. Kenapa berfikir? karena dengan berfikir, akan menghantarkan seseorang pada keimanan yang benar.

Namun satu sisi lain ada kewajaran mengapa ada muslim yang phobia terhadap agamanya sendiri. Hari ini, Islam sedang tidak menjadi kiblat modernitas, pemikiran Islam bukan mainstream, syariat Islam tidak difahami dengan utuh, bahkan keberadaannya seperti ancaman, lihat saja ormas Islam yang aktivitasnya hanya berdakwah malah dibubarkan dengan alasan mengganggu NKRI.

Sehingga tidak aneh, jika pemuda pemudinya lebih gandrung pada nyanyian descapito daripada lantunan ayat suci alquran. Para bapak berlomba-lomba memperbanyak riba, dan para ibu sibuk bersosmed untuk hanya sekedar upload kebahagiaan semu.

Banyak kaum muslim yang tidak serius dengan keislamanya,  mereka berislam tapi tidak mengetahui konsekuensi atas keimanan mereka. Konsekuensi keimanan mereka adalah terikatnya mereka dengan syariat yang Allah SWT turunkan. Oleh karena itu, Allah SWT  telah jelaskan pada kita pentingnya ilmu agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat.

Alloh mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian serta orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat [ Al Mujadaah: 11 ]

Tentunya, Islam pun memerintahkan pada kita untuk serius dalam mempelajari agama. Tidak boleh bercanda apalagi asal-asalan. Agar agama menjadi pedoman, landasan dalam setiap aktivitas kita bukan hanya sekedar identitas tanpa makna.

Dalam kamus bahasa Indonesia. Serius artinya bersungguh-sungguh. maka benarlah pepatah arab yang akhir-akhir ini terkenal di Indonesia, ‘man jadda wa jadda’,barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan mendapatkan hasilnya. Bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari Islam, yang dengannya akan menghantarkan pada terlaksananya syariat dengan benar. Wallahualam

Kanti Rahmillah

Jumat, 12 Mei 2017

Terima Kasih HTI, Sekarang Kami Tau Bagaimana Cara Mencintai Indonesia Dengan Tulus






















Alhamdulillah, Sejak bertemu dengan HTI tahun 2003. Selama 14 tahun bersama HTI, saya tidak pernah dibina untuk benci pada negeri ini. Justru sebaliknya, saya dibina untuk mencintai negeri ini dengan tulus. Wujud cinta kami pada negeri ini bukan sekedar seremonial atau sekedar memajang foto garuda dirumah. Lebih dari itu, wujud cinta kami pada negeri ini adalah dengan ketidakdiaman kami saat melihat SDA negeri ini dikeruk asing dan aseng. 

Kami tidak pernah diajarkan untuk mengkudeta penguasa apalagi mencaci maki individu penguasa. Yang diajarkan pada kami, sebagai anak bangsa adalah sikap kritis dan sensitif terhadap permasalahan bangsa. Jangan Individualis, tak peduli lingkungan sekitar, hanya memikirkan diri sendiri. Kami diajarkan untuk tidak diam melihat kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Ketidakdiaman kami tentu sesuai dengan koridor syariat, tanpa kudeta, tanpa kekerasan, sopan, sesuai adab, yaitu dakwah pemikiran.

Kami pun tidak pernah diajarkan anti pancasila, karena sesungguhnya pancasila adalah hasil konsensus pendahulu negeri ini. Yang kita kritisi adalah yang menyalahartikan pancasila. Karena menurut kami pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Hanya saja poin dalam pancasila ada 5 butir, sedangkan syariat Islam triliunan butir. Namun yang jelas pancasila tidak bertentangan dengan Islam.

Yang diajarkan pada kami oleh Hizbut Tahrir adalah bahwa korupsi, melibas habis harta negara untuk kepentingan pribadi itu adalah kriminal. Menjual aset-aset bangsa pada asing dan aseng adalah tindakan yang menyengsarakan rakyat. Membuat UU yang merugikan rakyat adalah pintu kehancuran sebuah negeri. Inilah yang diajarkan pada kami. Sehingga wajarlah jika kami tak diam melihat kemiskinan yang bertambah, diakibatkan tingkah penguasa. Wajar juga jika kami sedikit keras pada pemangu kebijakan jika terlahir UU yang menciderai kesejahteraan umat.

Ketika melihat janda tua sebatang kara, orang cacat dan orang-orang lainnya yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dan mereka diabaikan. Dipaksa berjuang memenuhi kehidupannya sendiri sama seperti orang sehat dan mampu. apakah itu adil? sistem ekonomi kapitalis liberalis yang di anut pemerintah kita tidak membahas mereka, perekonomian bangsa berkutat pada GDP bukan kebutuhan orang perorang, apakah sudah terpenuhi kebutuhan pokoknya atau belum?. Wajar jika kami pun bukan hanya mengkritisi pemangku kebijakan, Namun lebih dalam kami mengkritisi sistem yang berlaku di negeri ini.

Sistem ekonomi kapitalisme dan liberalisme terbukti menyengsarakan rakyat, lihatlah uu migas, uu penanaman modal dll, semua pro pemilik modal, tidak pro rakyat. Bukan hanya sistem ekonominya saja, sistem pendidikan pun sama. Sistem pendidikan sekuler yang diadopsi negeri ini menjadikan individu-individu yang lahir didalamnya menjadi individu yang individualis, menjadikan ilmu yang didapatkannya hanya sebagai alat mencari uang untuk kebahagiaan pribadi, bukan untuk kemaslahatan umat.

Apalagi sistem demokrasi yang berwajah ganda. nyata-nyata merusak negeri ini. Lihatlah atas nama demokrasi kafir boleh jadi pemimpin. Padahal sudah jelas keharamannya. Atas nama demokrasi pula, triliunan rupiah uang negera habis dikantongi tikus tikus berdasi untuk sekedar mencalonkan diri jadi pejabat. sungguh miris negeri ini.

Jadi wajar jika sistem yang ada di negeri ini pun harus dibenahi. Karena kami yakin, penguasa tidak semuanya dzolim, ada juga penguasa yang bersih. Namun karena mereka berada pada kubangan sistem demokrasi yang sudah sedari lahirnya cacat, sistem demokrasilah yang membuat mereka tak terlihat kiprahnya.

Problematika yang sistemik inilah yang membuat HTI tergerak untuk ambil andil, mengoreksi penguasa dan menyadarkan pada umat bahawa negeri kita ini masih dijajah, buktinya semua kebijakannya tidak ada yang independen. Maka sangat aneh jika dikatakan HTI tidak ambil andil dalam pembangunan negara.

Sungguh disayangkan, organisasi yang dicintai umat. Sekelompok orang yang dengan tulus mencintai Indonesia ini diperlakukan tidak adil oleh pemerintah. Wajar reaksi umat, tokoh, ulama, organisasi Islam, menolak wacana pembubaran HTI. karena sesungguhnya tidak ada yang bertentangan dengan Indonesia.

Sedih rasanya ketika HTI di cap menodai kebhinekaan, karena yang saya pelajari justru sebaliknya, karena kami menghormati setiap agama, kami tak ingin penoda agama berkeliaran. Kami pun tak ingin ada ormas yang memboikot pengajian. Kami ingin hidup rukun dalam beragama. Tapi rukun dalam beragama bukan dimaknai mencampuradukannya, pluralisme. Rukun itu damai tidak mengganggu, menghormati.

Ketika ada syariat Islam yang mengharuskan wanita menutup auratnya, maka bukan berarti HTI sedang tidak mencintai teman-teman di Papua yang pakai koteka, atau bahkan HTI menciderai tradisi mereka, bukan itu. Karena sesungguhnya budaya adalah prodak dari hasil berfikir. Ketika kita sampaikan bahwa adab manusia salah satunya menutup auratnya, maka teman-teman di Papua pun bersegera menutup tubuhnya. Maka dari itu HTI pun menjelaskan alangkah cepatnya manusia mendapatkan hidayah jika negara pun ikut mengemban dakwah, negera dengan kekuatannya, bisa menjadikan orang-orang di Jakarta dan orang-orang di Papua sama taraf berfikirnya.

Oleh karena itu, sangat aneh jika pemerintah mewacanakan pembubaran HTI, karena dari sisi maslahat saja, HTI adalah organisasi yang membantu pemerintah dalam menjalankan amanahnya. Doa kami untuk Indonesia. Mudah-mudah bangsa ini menjadi bangsa yang makmur sejahtera, warganya diberikan keberlimpahan RahmatNya, penguasanya mengayomi masyarakatnya, Sistem yang mengaturnya menjadikan Indonesia menjadi negara berdaulat tanpa intervensi asing. Dan hal demikian insyaAllah akan terwujud dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Allahuakbar.Wallahualam.

#KamiBersamaHTI
#IslamBersatu

Kanti Rahmillah, S.T.P, M.Si

Selasa, 07 Maret 2017

Subkontrakan Sesuatu yang Bisa di Delegasikan







Hai emak-emak seantero Indonesia... (berasa lagi jadi pembicara di atas podium :) )
Bagaimaa kabarnya kalian? yang banyak anak dan rentet silahkan merapat, (padahal anak saya baru 3 )

Alhamdulillah baru mulung ilmu lagi nih di #IIP institut ibu profesional. Jadi ceritanya saya 2 bulan ini sedang mengikuti kelas remedial matrikulasi IIP. Kelas via WA, tiap minggu dapet materi dan diminta kirimin tugas. Buat emak2 rempong yang pengen upgread diri, tapi terbatas mobilitas seperti saya, kelas online ini berasa seperti mandi air hangat selagi sakit Flu, Nyesss gitu rasanya, hee.

Kebanyakan prolog ah, maklum ya emak2....
Saya ingin mengawali tulisan ini dengan suka duka saya selama 4 tahun menjalani peran sebagai ibu dan istri, saya diberikan karunia oleh Allah mendapatkan anak dengan cepat, Alhamdulillah. Nikah bulan Juni, lahir anak pertama, bulan maret. Pas 9 bulan dari hari pernikahan. tahun berikutnya adiknya lahir, begitupun tahun berikutnya, istilah sunda tunji (setahun hiji).Pada tahun ketiga dipernikahan kami, jumlah anggota keluarga kami sudah 5 orang. Expres yahh

Nah, silahkan dibayangkan punya batita 3 tanpa art. Menulis adalah hobi saya, dakwah adalah kewajiban saya. Selama 3 tahun itu, saya terkukung dengan pemikiran sendiri, yaitu SAYA HEBAT, SAYA BISA LAKUKAN SEMUANYA. Dari mulai hadonah (pengasuhan), pekerjaan rumah, dakwah, menulis sampe menuntut ilmu untuk upgread diri.

Dari pemikiran tersebut, lahir aksi-aksi yang brutal. hee.  Hasilnya, ya bsa ditebak, semua bisa dilaksanakan, namun tidak optimal, terseok seok. Sering menangis di pudak suami. Asi habis karena kecapean, setiap bangun tidur badan pegel2, anak2 sedikit terlantar karen tuntutan pekerjaan rumah apalagi menulis, sudah urutan nomber belakang,

Suami saya mencoba mencari jalan keluar, namun tetap pemikiran saya bahwa SAYA BISA masih melekat, sehingga tanpa melihat kekuatan, tancap gas terus...

Nah, pelajaran yang saya dapat, dan ini sangat mencerahkan pada satu sisi kehidupan saya, yaitu ukur kemampuan diri, subkontrakan pekerjaan yang bisa didelegasikan. Sehingga kita bisa mengoptimalkan potensi diri kita. Yap, hari ini sudah saya lakukan. Hari ini saya mendelegasikan tugas rumah tangga pada ART, hasilnya hari ini saya bisa mengisi kehidupan saya dengan perencanaan dan target-target.
Saya lebih fokus dalam mendidik anak, saya punya waktu untuk belajar, dakwah dan menulis. Yang paling signifikan saya ga mudah cape, yang berujung pada mudah emosi.

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia, itu yang selalu saya pegang, karena dari situlah seorang isti mendulang pahala yang melimpah. Namun Islam mengenal skala prioritas, aulawiyat. Mengasuh anak, dakwah dan menulis untuk dakwah, pekerjaan rumah tangga, tolabul ilmi semuanya perkara yang wajib, maka jika kita tidak sanggup melaksanakan semuanya, mari kita alanisis, mana yang bisa di subkontrakan, tanpa membuatnya menjadi perkara yang dosa.

Mengasuh anak, nah ini dalam kitab nidzom ijtimai, karya syaikh Taqiyudin An Nhahabani dijelaskan bahwa, adalah hak dan kewajiban bagi ibu yang 'mampu' untuk melaksanakan hadonah pada anak sampai usia tamyiz. Saya mampu dan anak-anak saya belum tamyiz, berarti tidak bisa disubkontrakan yah, karena kalo di subkontrakan saya terkena dosa.

Dakwah dan tolabul ilmi adalah perkara wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh seluruh umat muslim. Maka ketika kita meninggalkan dakwah dan tidak menuntut ilmu, berarti kita sedang lalai dalam salah satu syariatNya.

Terakhir, pekerjaan rumah tangga, hadist yang menceritakan Fatimah RA meminta pembantu pada Rosul SAW, hal demikian bisa menjadi dalil bolehnya memperkerjakan pembantu. Ditambah dalam banyak riwayat, Rosulullah SAW pun punya pembantu lebih dari sebelas.

Namun yang harus diperhatikan adalah hukum lainnya, seperti mahrom untuk pembantu wanita. Begitupun auratnya, secara teknis, pembantu dirumah akan terlihat auratnya, seperti mencuci piring. Nah oleh karena itu, saya mensiasatinya, dengan hanya memperkerjakan pembantu dari jam 7 sampe jam 4 sore, dari hari senin sampai jumat, karena itu adalah waktu -waktu yang tidak ada suami di rumah.

Maaf hadist nya tak dicantumkan, next ya... ini menulis singkat ceritanya

Kesimpulannya, pertama kenali potensi diri, kondisi diri, berdiskusi dengan orang2 terdekat, suami terutama, apakah kita sanggup? setelah itu pilihlah mana yang akan kita kerjakan dan mana yang akan disubkontrakan, karena setiap orang berbeda kekuatannya. Jangan sampai potensi tidak terasah dan kewaiban lainnya tidak optimal diperankan lantaran salah membaca kondisi diri.

Pertimbangkanlah dengan melihat dalil nya, aulawiyat atau prioritas adalah satu cara agar kita bisa mengetahui mana yang lebih harus didahulukan. Jadiknlah syariat sebagai pedoman, bukan manfaat apalagi nafsu dunia.

Mudah-mudahan Allah memudahkan urusan kita. karena sesungguhnya Allah sesuai dengan prasangka hambanya.



Kanti

#menulislagi
#30DayWritingChallege
#Day1
#emak2jugajagonulis

Selasa, 21 Februari 2017

Tugas Membangun pondasi Peradaban dari dalam Rumah



Well, hari ini mendapat pelajaran baru seputar parenting, mungkin bagi sebagian orang,  ilmu parenting terlalu idealis dan tidak realistis. Bagiku teori adalah awal mula, sebuah maklumat awal dalam menuntunku menuju kata ideal. So.... lets do it.... lebih baik mengerakan sesuatu dengan buruk tapi ada pemandunya, dari pada mengerjakan sesuatu dengan baik tanpa guru. Karena bisa jadi baik dan buruk itu hanya persepsi kita, tergantung pemahaman.

Begitupun saya pada awal mula sebelum mengenal ilmu parenting. Menganggap apa yang sudah saya lakukan benar, tanpa referensi, hanya berkutat pada otak sendiri. Namun setelah menabung ilmu parenting... wow banyak sekali kesalahannya dan merasa menjadi ibu yang jauh dari ideal.

Mari memulai membiasakan diri dengan belajar, jangan pernah iri terhadap capaian orang. Nah ini nih yang biasa emak-emak rempong lakukan. Mengamati sesosok perempuan, udah cantik, ramah, pintar, bisa ngurus anak, disayang suami,  rumah mobil mewah, udah berasa ga ada kurangnya tuh emak sebelah. Emang rumput tetangga lebih hijau yah. Eits, tapi Allah kan menghisab kita sendiri-sendiri, ga berdua, terus dibandingkan. Jadi lanjut aja, kerjakan yang menjadi amal kita, bersyukur atas apa yang diberikan serta optimal mengelola atas apa yang telah diberikanNya.

Eh banyak ngaler ngidulnya, yang ingin saya bagi sebenarnya cuma motivasi buat diri saya dan juga emak-emak seantero Indonesia... hayooo banyak belajar. Inga inga, tugas mulia itu ada di pundak kita, tugas membangun pondasi peradaban dari rumah, maksudnya? ya... peradaban hari ini sudah semakin menunjukan tanda tanda kehancuran, kenapa? karena mereka yang berkuasa dan menjadi idola saat ini adalah orang-orang yang salah, mereka hasil didikan ideologi sekuler yang sangat jauh dengan nilai Islam. Kita ciptakan insan-insan berkualitas dengan didikan Islam, untuk menggantikan posisi orang-orang yang berkuasa saat ini. Agar peradaban kembali cerah dan bersinar.


salam emak-emak rempong
Kanti

#edisimumet
#revowriter
#writeback
#latihanmenulislagih
#Blogbulukan


Senin, 02 Januari 2017

2017, Kembali Menata Rencana dan Harapan. Kembali Bermimpi dan Bercita-cita.



Aku ingin jadi orang hebat...
hebat dimata siapa? Allah penciptaku

Aku ingin menjadi pendakwah yang ikhlas dan militan
iya... ikhlas karena Allah, militan karena Allah

Aku ingin jadi penulis yang mengispirasi
inspirasi untuk apa? untuk semakin dekat dengan Nya

Aku ingin menjadi istri yang solihah
Solihah? iya, taat pada suami dan menggandengnya untuk senantiasa taat pd Allah

Aku ingin menjadi Ibu yang super
super? iya, mampu mendidik anak2ku menjadi insan kamil, hafidz hafidzah, dan pembangun peradaban Islam

Aku ingin menjadi orang yg zuhud
zuhud seperti apa? tidak bermewah2 dalam hidup

Aku ingin menjadi ahli ibadah
setiap hari tak terlewat amalan yaumiyah




Bismillah
2 januari 2017