Jumat, 28 September 2018

Ulamaku Bukan Untukmu


By Kanti Rahmillah

Liukmu goyahkan kokohnya iman
Merdumu hancurkan marwah pujaan
Hingar bingar diterpa angin malam
Kau ceraikan kepercayaan

Kini kami kehilangan
Tauladan untuk masa depan
Nasihatnya dulu, menyegarkan
Bak air segar menyirami tanaman
Kini, tak ada sisa untuk dimakan

Kau jebak ulama kami demi kekuasaan
Tinggalkan wara’ demi kemaslahatan
Cicipi maksiat walau tak lezat
Kembalilah wahai ulama akhirat







Rabu, 04 Juli 2018

Kreatif, bukan bandel

Hari ini, seperti biasa berazam untuk tidak marah-marah pada anak. Doa sudah dipanjatkan, walau tahajud kelewat lantaran pas bangun jam 2, bangun langsung buka HP, niat awal setelah seger, langsung solat... toh biasanya solat jam 3. taraaaa, jam 02.30 bocah bangun, nangis, minta ditemenin bobo.

Taulah apa yang terjadi. emak ikut bobo. Bangun jam 5, setelah adzan berkumandang. Ohhhh coba saat bangum langsung wudhu.... HP oh hp, benarlah setan gepeng ituh.... tapi, emak malah dongkol sama bocah, bukan sama HP. issshhh kenapa bangun sih... " oji, kenapa kalo bangun nangis sih, cari umi, kan udah besar". Begutulah emak, boacah aja yang suka salah. Walhasil, rencana menulis dan lain2 terhenti.

Eh back to topic. Pagi yang cerah nan riweuh... iyalah, emak bangun kesiangan.... bangun jam 4 pagi aja belum tentu beres, ini jam 5. Emak musti cuci baju, nyuci piring, masak, beresin rumah. Tapi pagi ini dapet ciuman nakal dari suami... upss sensor. Lucu ajah, ni babeh babeh, pagi2 mau berangkat kerja udah gatel ajah. 😜

Nah, intinya.... ditengah kehebohan pagi hari... bocah numpahin hampir seluruh isi bedak. "Main salju yuhuuuu". Apa mak? marah? udah gatel pengen marah-marah. Yesss, alhamdulillah. respon umi. "Loh? ". Tarik nafas, ambil bedak yang tersisa di botol. Simpan, pergi ke dapur nerusin kerjaan. Selamet,  ga marah... yeyeyy senengnya.

Udah gitu ajah, cerita bocil

#latihanFastWriting
#Lemesinjari
#revowriter

Selasa, 03 Juli 2018

Marah

"Umi jangan marah-marah atuh". Hampir lah setiap hari kata-kata itu keluar dari mulut para bocah. Ah, rasanya, terpukul sekali, setelah memarahi mereka. Ada godam besar yang menghantam pundak. "Hey, kamu siapa, berani memarahi mereka". Seketika ema sadar dan menyesali, tak lama kemudian mengulangi.

Beda ketika kita marah dengan orang dewasa. Bibir kita kelu. Ingin melupakan dan lari dari masalah agar amarah itu hilang. Nyatanya bukan hilang, malah terpendam dan suatu saat akan naik lalu membuncah. Ahh emak. Terlalu lelah rupanya. Butuh picnik sepertinya

Eitss picnik nya. Picnik akhirat, bukan dunia tentunya. Picnik, jalan-jalan ketemu Allah, Taqorub, mendekat, jalankan sunnahnya, perbaiki kualitas wajibnya. Picnik pikiran, menata hidup, memikirkan esensi kehidupan, tak menantang qodi, ikhlas dalam setiap keputusannya.

Dan bocah bangun. sekian pemirsah

Senin, 25 Juni 2018

Bahagia Bersamamu

Bahagia itu sederhana. Saat kau merasa gelisah, ada dia yang selalu membuatmu tertawa dan bahagia.

Ahhh sepertinya, kalimat diatas lebih cocok diungkapkan oleh dua pasang insan yang sedang dimabuk asmara. Lain cerita bagi sepasang suami istri yang seringnya dimabuk amarah. daripada dimabuk cinta.hee

Begitulah bahtera rumah tangga, 2 tahun diikat cinta. Sisanya, taat menjadi jaminan utuhnya rumah tangga.

Rumah tangga yang bahagia tak melulu tertawa. Karena kita punya air mata, yang mengalir memberi warna. Sedih dan pilu pun adalah rasa yang melengkapi bahagia.

Jika diluar sana, banyak orang yang kesulitan menyatukan dua karakter yang beda. Kami disini sebaliknnya, karakter kami yang begitu mirip ternyata mengundang problem juga.

Sama-sama anak pertama dan dari suku yang sama. Bahkan Buyut kami, adik kakak. Kebiasaan yang sama. Mungkin hanya hobi yang beda. Saya suka film drama romantis, doi sukanya film action.

Saya berharap suami romantis, dia malah berharap istri realistis. Saya ingin diberi Bunga, eh dia bilang. " Serius umi mau bunga?" kaya ga percaya dan berfikir... bunga tak ada faedahnya sama sekali.

Ahh padahal kami dari latar keluarga yang mirip dan karakter yang sama. Egois, pengatur, tak mau diatur, inginnya mengatur. hee...

So... Bahagia dalam rumah tangga tak sesimpel senyuman dibibir. Bahagia dalam rumah tangga itu kompleks. Susah dirangkai kata, karena maknanya yang begitu dalam.

Namun yang pasti dalam keluarga kami yang kami syukuri adalah jatuh bangunnnya kami dalam menjalankan syariat Robbi. Istri yang belajar melayani suami. Suami yang belajar mengayomi istri.

Mudah-mudahan Allah memudahkan langkah kami menuju syurgaNya... Amin ya Robb....

Kanti Rahmillah
26 Juni 2018