Selasa, 07 Maret 2017

Subkontrakan Sesuatu yang Bisa di Delegasikan







Hai emak-emak seantero Indonesia... (berasa lagi jadi pembicara di atas podium :) )
Bagaimaa kabarnya kalian? yang banyak anak dan rentet silahkan merapat, (padahal anak saya baru 3 )

Alhamdulillah baru mulung ilmu lagi nih di #IIP institut ibu profesional. Jadi ceritanya saya 2 bulan ini sedang mengikuti kelas remedial matrikulasi IIP. Kelas via WA, tiap minggu dapet materi dan diminta kirimin tugas. Buat emak2 rempong yang pengen upgread diri, tapi terbatas mobilitas seperti saya, kelas online ini berasa seperti mandi air hangat selagi sakit Flu, Nyesss gitu rasanya, hee.

Kebanyakan prolog ah, maklum ya emak2....
Saya ingin mengawali tulisan ini dengan suka duka saya selama 4 tahun menjalani peran sebagai ibu dan istri, saya diberikan karunia oleh Allah mendapatkan anak dengan cepat, Alhamdulillah. Nikah bulan Juni, lahir anak pertama, bulan maret. Pas 9 bulan dari hari pernikahan. tahun berikutnya adiknya lahir, begitupun tahun berikutnya, istilah sunda tunji (setahun hiji).Pada tahun ketiga dipernikahan kami, jumlah anggota keluarga kami sudah 5 orang. Expres yahh

Nah, silahkan dibayangkan punya batita 3 tanpa art. Menulis adalah hobi saya, dakwah adalah kewajiban saya. Selama 3 tahun itu, saya terkukung dengan pemikiran sendiri, yaitu SAYA HEBAT, SAYA BISA LAKUKAN SEMUANYA. Dari mulai hadonah (pengasuhan), pekerjaan rumah, dakwah, menulis sampe menuntut ilmu untuk upgread diri.

Dari pemikiran tersebut, lahir aksi-aksi yang brutal. hee.  Hasilnya, ya bsa ditebak, semua bisa dilaksanakan, namun tidak optimal, terseok seok. Sering menangis di pudak suami. Asi habis karena kecapean, setiap bangun tidur badan pegel2, anak2 sedikit terlantar karen tuntutan pekerjaan rumah apalagi menulis, sudah urutan nomber belakang,

Suami saya mencoba mencari jalan keluar, namun tetap pemikiran saya bahwa SAYA BISA masih melekat, sehingga tanpa melihat kekuatan, tancap gas terus...

Nah, pelajaran yang saya dapat, dan ini sangat mencerahkan pada satu sisi kehidupan saya, yaitu ukur kemampuan diri, subkontrakan pekerjaan yang bisa didelegasikan. Sehingga kita bisa mengoptimalkan potensi diri kita. Yap, hari ini sudah saya lakukan. Hari ini saya mendelegasikan tugas rumah tangga pada ART, hasilnya hari ini saya bisa mengisi kehidupan saya dengan perencanaan dan target-target.
Saya lebih fokus dalam mendidik anak, saya punya waktu untuk belajar, dakwah dan menulis. Yang paling signifikan saya ga mudah cape, yang berujung pada mudah emosi.

Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia, itu yang selalu saya pegang, karena dari situlah seorang isti mendulang pahala yang melimpah. Namun Islam mengenal skala prioritas, aulawiyat. Mengasuh anak, dakwah dan menulis untuk dakwah, pekerjaan rumah tangga, tolabul ilmi semuanya perkara yang wajib, maka jika kita tidak sanggup melaksanakan semuanya, mari kita alanisis, mana yang bisa di subkontrakan, tanpa membuatnya menjadi perkara yang dosa.

Mengasuh anak, nah ini dalam kitab nidzom ijtimai, karya syaikh Taqiyudin An Nhahabani dijelaskan bahwa, adalah hak dan kewajiban bagi ibu yang 'mampu' untuk melaksanakan hadonah pada anak sampai usia tamyiz. Saya mampu dan anak-anak saya belum tamyiz, berarti tidak bisa disubkontrakan yah, karena kalo di subkontrakan saya terkena dosa.

Dakwah dan tolabul ilmi adalah perkara wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh seluruh umat muslim. Maka ketika kita meninggalkan dakwah dan tidak menuntut ilmu, berarti kita sedang lalai dalam salah satu syariatNya.

Terakhir, pekerjaan rumah tangga, hadist yang menceritakan Fatimah RA meminta pembantu pada Rosul SAW, hal demikian bisa menjadi dalil bolehnya memperkerjakan pembantu. Ditambah dalam banyak riwayat, Rosulullah SAW pun punya pembantu lebih dari sebelas.

Namun yang harus diperhatikan adalah hukum lainnya, seperti mahrom untuk pembantu wanita. Begitupun auratnya, secara teknis, pembantu dirumah akan terlihat auratnya, seperti mencuci piring. Nah oleh karena itu, saya mensiasatinya, dengan hanya memperkerjakan pembantu dari jam 7 sampe jam 4 sore, dari hari senin sampai jumat, karena itu adalah waktu -waktu yang tidak ada suami di rumah.

Maaf hadist nya tak dicantumkan, next ya... ini menulis singkat ceritanya

Kesimpulannya, pertama kenali potensi diri, kondisi diri, berdiskusi dengan orang2 terdekat, suami terutama, apakah kita sanggup? setelah itu pilihlah mana yang akan kita kerjakan dan mana yang akan disubkontrakan, karena setiap orang berbeda kekuatannya. Jangan sampai potensi tidak terasah dan kewaiban lainnya tidak optimal diperankan lantaran salah membaca kondisi diri.

Pertimbangkanlah dengan melihat dalil nya, aulawiyat atau prioritas adalah satu cara agar kita bisa mengetahui mana yang lebih harus didahulukan. Jadiknlah syariat sebagai pedoman, bukan manfaat apalagi nafsu dunia.

Mudah-mudahan Allah memudahkan urusan kita. karena sesungguhnya Allah sesuai dengan prasangka hambanya.



Kanti

#menulislagi
#30DayWritingChallege
#Day1
#emak2jugajagonulis