Senin, 07 Agustus 2017

Beragama Tidak Boleh Bercanda

Pejabat negara yang seharusnya menjadi rujukan para ulama, yang seharusnya menjadi orang yang paling serius dalam mengatur negara ini dalam kehidupan beragama, malah mengatakan jangan terlalu serius dalam beragama karena akan menjadikan kurang toleran.

Sungguh miris perkataan tersebut keluar dari seseorang yang bukan hanya beragama Islam, namun juga seseorang yang dianggap mampu menciptakan jawil iman masyarakat Idonesia.

Toleransi menjadi dalil bolehnya minum arak (mengandung khomer) yang jelas-jelas diharamkan oleh syariat. Kegiatan rohis di sekolah diawasi karena dapat menjadi bibit terorisme. Lgbt ( lesbi, gay, bisex, transgender) diberi penghargaan, padahal Allah melaknat perbuatan tersebut. Seharusnya tak pantas perkataan dan perbuatan diatas dilakukan oleh seseorang yang diserahi amanah dalam mengurusi agama di Indonesia.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, artinya rahmat bagi seluruh alam. Jangankan manusia, hewan dan tumbuhan pun dapat merasakannya. Bagaimana tidak, Islam melarang manusia merusak alam juga melarang menganiyaya binatang. Sehingga dengan adanya Islam akan tercipta kehidupan yang dinamis dan harmonis.

Islam hadir dengan seperangkat aturannya yang paripurna untuk seluruh umat manusia. Tak memandang status agamanya, Islam atau non Islam. Islam tidak pernah memandang sebelah mata pada agama lain. Justru Islam memandang mereka adalah objek dakwah. Dakwah tanpa paksaan. karena tiadak ada paksaan dalam beragama.

Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan” (QS. Al Baqarah: 256)

Namun tidak ada paksaan beragama jangan diartikan pluralisme, menganggap semua agama benar. Kita harus meyakini agama Islam adalah agama yang benar. Toleransi berwujud tidak menghalangi agama lain untuk beribadah, bukan ikut serta beribadah dengan mereka.

Islam dengan syariatnya yang sempurna mampu menjawab tantangan zaman. Oleh karena itu wajar akhirnya jika kita katakan, problematika besar yang menimpa negeri ini adalah akibat syariat Islam tidak dijadikan pedoman hidup oleh setiap individu didalamnya.

Sering kita mendapatkan seorang muslim yang  phobia terhadap Islamnya sendiri. Sebenarnya ini adalah hal yang sangat tidak wajar satu sisi. karena Islam adalah agama rasional yg sangat mudah difahami.

itulah sebab mengapa imam syafii mengatakan kewajiban pertama bagi para mukalaf (orang yang terbebani hukum) adalah berfikir. Kenapa berfikir? karena dengan berfikir, akan menghantarkan seseorang pada keimanan yang benar.

Namun satu sisi lain ada kewajaran mengapa ada muslim yang phobia terhadap agamanya sendiri. Hari ini, Islam sedang tidak menjadi kiblat modernitas, pemikiran Islam bukan mainstream, syariat Islam tidak difahami dengan utuh, bahkan keberadaannya seperti ancaman, lihat saja ormas Islam yang aktivitasnya hanya berdakwah malah dibubarkan dengan alasan mengganggu NKRI.

Sehingga tidak aneh, jika pemuda pemudinya lebih gandrung pada nyanyian descapito daripada lantunan ayat suci alquran. Para bapak berlomba-lomba memperbanyak riba, dan para ibu sibuk bersosmed untuk hanya sekedar upload kebahagiaan semu.

Banyak kaum muslim yang tidak serius dengan keislamanya,  mereka berislam tapi tidak mengetahui konsekuensi atas keimanan mereka. Konsekuensi keimanan mereka adalah terikatnya mereka dengan syariat yang Allah SWT turunkan. Oleh karena itu, Allah SWT  telah jelaskan pada kita pentingnya ilmu agar kita bisa selamat di dunia dan akhirat.

Alloh mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian serta orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat [ Al Mujadaah: 11 ]

Tentunya, Islam pun memerintahkan pada kita untuk serius dalam mempelajari agama. Tidak boleh bercanda apalagi asal-asalan. Agar agama menjadi pedoman, landasan dalam setiap aktivitas kita bukan hanya sekedar identitas tanpa makna.

Dalam kamus bahasa Indonesia. Serius artinya bersungguh-sungguh. maka benarlah pepatah arab yang akhir-akhir ini terkenal di Indonesia, ‘man jadda wa jadda’,barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan mendapatkan hasilnya. Bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari Islam, yang dengannya akan menghantarkan pada terlaksananya syariat dengan benar. Wallahualam

Kanti Rahmillah