Selasa, 09 Januari 2018

Mahasiswa, Kaum Intelektual Pembangun Peradaban Mulia

Adalah sebuah bencana besar, ketika para intelektual bungkam tehadap permasalahan umat, yang nyata terjadi didepan matanya. Dan hari ini kita menyaksikan itu semua. Pemuda yang diharapkan menjadi penerus bangsa, kini sibuk dengan urusannya masing-masing. Selagi kuliah mereka sibuk belajar mengejar indeks prestasi, setelah lulus sibuk  mengejar karir dan kebahagiaan dunia. Makna sukses dimata mereka adalah jika setelah mereka lulus, mereka mendapatkan pekerjaan di tempat yang bonafide dan mempunyai keluarga yang bergelimang harta, rumah dan mobil mereka siapkan untuk mengisi kebahagiaan dunianya.
Di sisi yang lain, pemuda yang tidak berkesempatan duduk di bangku perkuliahan, atau mereka yang kurang suka dengan aktivitas belajar –walau statusnya mahasiswa. Mereka asik memanjakan diri mereka sendiri. lihat saja narkoba, miras, video porno, game online, geng motor, dan masih banyak lagi aktivitas mubajir dan mudorot lainnya, menjadi tempat berlabuh mereka. Mereka merasa akan gagal dimasa depan, gagal mendapatkan pekerjaan bonafit, gagal mempunyai rumah dan mobil mewah, merasa gagal untuk bahagia – definisi mereka. Akhirnya mereka melakukan aktivitas, yang jangankan bermanfaat untuk umat, apalagi untuk akhirat, bermanfaat untuk dirinya saja tidak.
Menurut kemdikbud, data statistik Jumlah kampus di indonesia meningkat, secara otomatis jumlah mahasiswanya pun meningkat. Berarti semakin banyak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berpendidikan. Jumlah sarjana, magister dan dokter terus meningkat. Ribuan karya ilmiah dihasilkan tiap tahunnya. Belum lagi kita menyaksikan, tidak sedikit anak bangsa yang memboyong piala-piala kometisi setingkat dunia. Sungguh membanggakan.
Indonesia adalah negara agraris yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam) nya. Secara logika sederhana, sebuah negara yang memiliki SDA dan SDM yang melimpah, akan menjadi negara yang maju. Namun apa yang terjadi dengan negara kita?
Sungguh miris, hampir seluruh SDA strategis dikuasai oleh asing. Lihat saja, Freeport milik Amerika Serikat, pasca pengesahan Undang –undang no 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) . Pada 7 April 1967, pemerintah Indonesia melakukan penandatanganan kontrak izin eksploitasi tambang di Irian Jaya dengan Freeport. Itu berarti, Freeport  sudah mengeruk emas dan tembaga di negeri kita berpuluh-puluh tahun.
Jelas, sangat merugikan negara. Coba saja jika tambang emas di Mimika Irian Jaya ini dikuasai negara, Indonesia sudah tidak harus berhutang dalam memenuhi anggaran belanjanya.  Karena menurut  majalah Mining In­terna­tio­nal,  tambang emas Freeport di Papua ini adalah tambang emas terbesar didunia. Dan anehnya kontraknya diperpanang sampai 2041. Itu baru Freeport, masih banyak perusahaan-perusahaan asing yang bercokol di Indonesia. Lantas dimana para intelektual Indoneisa?
Ada, mereka ada di Freeport, Chevron, Exxonmobil,  dan perusahaan-perusahaan asing lainnya yang bertengger di negeri ini. Namun bukan sebagai pengelola yang mengabdikan ilmunya untuk membangun bangsa dan mensejahterakan rakyat Indonesia. Mereka disana, mendedikasikan ilmunya untuk kebahagiaan mereka sendiri. Gaji puluhan juta per bulan, mereka dapatkan dengan menjadi ‘jongos’nya perusahaan asing. Mereka tidak peduli SDA nya dikeruk oleh asing, rakyat hidup sengsara, yang mereka pedulikan hanya kebahagiaan diri dan keluarganya. Resmi lah para intelektual kita menjadi sekrup kapitalisme. Menjadi budak di negeri sendiri.
Hilangnya Potensi dan Peran Penting Para Intelektual
Potensi pemuda sangatlah besar, mereka adalah tumpuan masa depan yang akan mewarisi peradaban. Yang akan memimpin bangsa. Namun sayang sekulerisme-kapitalisme mencabut potensi besar mereka. Seharusnya mereka lah yang lantang bersuara menentang “penjajahan” oleh perusahaan asing , bukan malah mendulang manfaat akan keberadaan mereka di negeri ini.
Harusnya mereka, kaum intelektual yang mengelola SDA negeri ini yang berlimpah, agar manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan malah menjadi sekrup-sekrup kapitalisme yang justru melanggengkan keberadaan mereka di negeri ini. Lihatlah siapa yang menyusun dan mengesahkan UU Penanaman Modal, UU Migas, UU Ketenagalistrikan, UU Sumber Daya Air. yang menyengsarakan rakyat? Semua itu adalah hasil karya para intelektual Indonesia.
Mengapa mereka bisa tega menggadaikan negerinya dan menghamba pada tuan-tuan kapitalis (pemilik perusahaan asing) yang telah nyata menjajah negeri kita? ini adalah problem sistemik dan rekayasa terstruktur.
Pasca runtuhnya kekuasaan Islam, Daulah Khilafah Islam di Turki Utsmani, ide sekulerisme  (pemisahan agama dengan kehidupan yang disambut dengan pemisahan agama dengan negara) semakin eksis dan di emban oleh banyak negara, tak terkecuali negeri-negeri muslim. Sistem pemerintahan yang sekuler, tentu berdampak pada sistem pendidikan yang sekuler.
Sistem pendidikan sekuler, mengabaikan pendidikan agama. Padahal dalam pandangan Islam, pendidikan awal bagi anak-anak adalah pendidikan agama. Setelah pendidikan agama (aqidah) sebagai pondasi telah kuat, barulah mereka menempa dirinya dengan pendidikan yang bermanfaat untuk umat. Seperti kebanyakan negara-negara lainnya,  sistem pendidikan Indonesia pun berbasis sekuler.
Sehingga ilmu yang didapat di sekolah tidak berbanding lurus dengan ketakwaanya. Jadi jangan heran, jika kita melihat orang pintar, menggunakan ilmunya untuk berbuat kerusakan. Misalnya, meretas sistem keamanan bank. Yang melakukan ini tidak mungkin orang yang berpendidikan rendah. Minimal mereka mengetahui ilmu IT (teknologi informasi).  Lantas kenapa mereka melakukan ini?tentu, karena agamanya di pisahkan dengan kehidupannya, agamanya disimpan rapat di kehidupan pribadinya atau bahkan dibuang. Tindakan mereka tidak didasarkan pada boleh tidaknya oleh syariat. Yang  mereka lakukan murni atas kepentingan hawa nafsunya.
Akibat sekuler pula, menurut Fika Komara, cara berfikir kaum intelektual menadi sektoral, parsial kebidangan, dan apolitis. Akhirnya kaum terpelajar menjadi terpisah dengan umat. Mereka sibuk dengan kepentingan yang berputar pada individunya. Mereka sulit memahami persoalan umat.
Sekularisasi ini terus berestafet dengan ideologi kapitalisme yg menjadi peran utama dalam dunia pendidikan saat ini. Hasilnya, tujuan pendidikan hanya sebatas materi. Bisa dilihat, para mahasiswa sekarang memandang perguruan tinggi adalah satu jalan menuju ‘kesuksesaan’ ala mereka. Sehingga wajar jurusan-jurusan yang “mudah mengalir uang” menjadi jurusan yang banyak diminati. Mahasiswa hari ini mencari jurusan bukan karena passion atau karena jurusan ini sangat bermanfaat buat umat, namun mereka memilih jurusan dan perguruan tinggi, yang memudahkan mereka untuk diterima diprusahaan-perusahaan bonafide. Mereka tidak peduli apakah perusahaan itu merugikan negara atau kah tidak. Sekali lagi ini adalah pengkerdilan potensi pemuda.
Iniilah yg disebut oleh Proff James Duderstadt, yaitu era keberlimpahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun tidak mampu menjawab krisis kemanusiaan, krisis ekonomi, krisis moral, krisis politik dan krisis generasi. alias era kegagalan, karena manusia terus menerus memproduksi ilmu pengetahuan ,namun  terus menerus pula memproduksi krisis.

Mahasiswa Mulia dalam Pandangan Islam
Description: Image result for al mujadilah ayat 11

Allah akan menganngkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Allah maha mengetahui atas apa-apa yang kalian kerjakan” (QS Al Mujadilah , ayat 11)
Dalam tafsir Al Jalalain dijelaskan bahwa, diakhir ayat diterangkan bahwasannya  Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman, yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula orang-orang yang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah.
Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya, siapa yang durhaka kepada-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil, sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.
mahasiswa adalah pemuda dan orang yang berilmu, berbahagialah dan bersyukurlah karena kita diberikan oleh Allah kesematan untuk bisa mengenyam pendidikan yang melebihi rata-rata orang Indonesia -Perguruan tinggi.  Lantas seperti apa karakteristik mahasiswa yang sesuai dengan ayat Allah? pertama mahasiswa harus mempunyai kepribadian Islam, apa yang dia fikirkan dan apa yang dia lakukan haruslah berporos pada Islam. Begitupun mahasiswa haruslah cerdas dan peduli dengan umat, karena orang cerdas akan mampu menyelesaikan permasalahan umat. Selanjutnya mahasiswa haruslah lantang menyuarakan kebenaran, karena sesungguhnya ini adalah jalan kebaikan. Terakhir mahasiswa haruslah menjadi garda terdepan dalam membangun peradaban Islam. karena dengan tegaknya peradaban Islam, cahaya Islam akan mampu menyinari seluruh pelosok dunia.
Mari kita tengok para pemuda intelektual muslimah dan kiprahnya bagi dunia. Pertama, Maryam Ijliya al Asturlabi, seorang perempuan astronom yang dijuluki “ Al-Asturlabi” karena memiliki kontribusi luar biasa dalam Astrolab (sebuah alat penting dalam navigasi astronomis). Ada juga Fatimah Al Fihriy, muslimah asal Tunisia yang mendirikan Universitas Al Qarawiyyin sebagai kampus tertua dan pertama didunia. ada juga Muhammad Al faith yang mampu menembus benteng romari. yang dengannya islam masuk ke belahan eropa.
Tentunya, karakter pemuda di atas  akan sulit kita temukan dalam sistem saat ini -sekulersime kapitalisme. Pemuda terbaik akan dihasilkan dari sistem yang terbaik yang pernah ada di dunia, yaitu sistem Islam. Islam ketika diterapkan dalam sebuah sistem negara – Daulah Khilafah Islamiah, akan mampu melahirkan banyak intelektual muda yang hadir untuk menyelesaikan permasalahan umat. Wallahu Ta’ala A’lam.


Kanti Rahmillah, S.T.P, M.Si

Makalah Konferensi Intelektual Muslimah Purwakarta 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar