Selasa, 08 Juli 2014

CALEG MAIN DUKUN? ‘SAH’ DALAM DEMOKRASI


Islampos.com (26 Maret 2014)


Mbah Bowo semakin sibuk akhir-akhir ini. Paranormal yang biasa mangkal di Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah ini mengaku kerap didatangi orang yang ingin menjadi wakil rakyat. Mbah Bowo mengaku tak memasang tarif untuk mereka yang datang. (Liputan6.com – 25 Maret 2014).  Mbah Bowo adalah salah satu dari sekain banyak dukun yang laris manis menjelang pemilu. Para calon wakil rakyat seolah – olah sudah kehilangan akal sehatnya demi memenangkan jabatan yang mampu menggelontorkan uang yang banyak dan cepat.
Serupa dengan Mbah bowo dari Solo, di Jakarta ada  Dr KH Desembrian Rosyady, S.Ag, SH, SE, MM, MBA, .  Sebagai ilmuwan kawakan, yang berkarir di perguruan tinggi ternama seperti UI, atau di lembaga penelitian sekelas LIPI. Desembrian dijuluki ‘Dukun Politik’.
Lewat ritual-ritual gaib, Desembrian mengaku sanggup membantu menggolkan tujuan orang - orang yang ingin meraih jabatan tertentu di lembaga legislatif, eksekutif, atau di manapun. Calon pengguna jasanya cukup menyetor nama, tanggal lahir, nama orang tua, alamat, daerah pemilihan, nama partai, hingga alamat rumah mereka. Desembrian lalu melakukan ritual untuk menghitung peluang calon tersebut, serta berbagai pernik persyaratan yang dibutuhkan jika mau terus maju.
Mengaku sudah buka praktik sejak 1997 di Jakarta, Desembrian menawarkan jasanya lewat pamflet kepada para calon anggota legislatif dan calon kepala daerah. Kepada sebuah media online, Desembrian menyebut, tarif jasanya untuk caleg tingkat kabupaten/kota Rp 100 juta, tingkat provinsi Rp 200 juta, untuk DPR pusat Rp 300 juta. Untuk jabatan bupati atau wali kota, Rp 2 miliar. Sedangkan untuk jabatan gubernur, minimal Rp 5 miliar, tergantung wilayahnya. Tarif tertinggi adalah untuk calon presiden: Rp 1 triliun! (AKTUAL, 2013). Luar biasa ongkos menjadi caleg apalagi presiden. Ini baru ongkos pergi kedukun, bagaimana jika ditambah dengan ongkos kampanye dan lainnya? Akan bisa dibayangkan seorang  yang tak berduit akan kesulitan nyaleg walau mempunyai kemampuan memimpin.
Menurut Marji (juru kunci Alas Ketonggo) sudah banyak caleg yang datang ke Alas Ketonggo untuk menggelar ritual berdoa dan mandi di Sungai Tumpuk. Caleg yang datang kira-kira sudah ada sekitar 50 orang menjelang pileg 9 April itu. Sebut saja caleg perempuan Dapil V  DPRD Kabupaten Ngawi dari Partai Demokrat adalah salah satu dari sekian caleg yang melakukan ritual serupa (Rohilonline.com -13 Maret 2014).
Syirik dalam Islam
Begitulah potret buram para calon pemimpin kita, gelar akademis boleh berentet namun tetap saja cara pandang mereka tentang kehidupan masih kolot. Padahal kebanyakan dari mereka adalah muslim  dan sudah sangat jelas dalam Islam, bahwa apa yang mereka perbuat termasuk kedalam syirik yang merupakan dosa besar. Allah SWT menyebutkan bahwa syirik adalah kezaliman yang besar
Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun,” (QS. Al-Maidah [5] : 72).
Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar,” (QS. Lukman [31] : 13).
Nabi SAW bersabda, “Inginkah aku beritahu tentang dosa besar yang paling besar? Yaitu memperserkutukan Allah,” (HR. Muslim).
Syirik artinya menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah SWT. Inilah makna syirik yang secara langsung dipahami ketika ia disebut dalam Al-Qur’an dan Sunah. Karena itu, siapa pun yang menyembah sesuatu selain Allah atau menyembahnya bersama dengan menyembah Allah, dia telah menjadi musyrik. Allah SWT berfirman,
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak mendatangkan kemadharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah…’” (QS. Yunus [10] : 18).
Betapa besar dosa syirik tergambar dari ancaman Allah kepada para pelakunya.
Sesungguhnya orang-orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Az-Zumar [39] : 65).
Perdukunan ‘Sah’ dalam Demokrasi
Inilah alam demokrasi, semua bebas melakukan apapun termasuk perdukunan. Maka dari itu tidaklah menjadi sesuatu yang aneh bila para caleg negri ini melakukan ritual magis demi sebuah jabatan. Akal mereka seolah-olah hilang, seperti hilangnya uang mereka untuk kampanye. Lalu berharap setelah mereka menang, uang akan kembali dengan belipat lipat.
Alam demokrasi mengajarkan pada kita, bahwa yang banyak lah yang menang, yang banyak mengeluarkan uang, yang banyak pemilihnya, yang banyak relasinya dll. Para caleg berlomba-lomba melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya, tanpa mempertimbangkan apakah perbuatan tersebut sesuai dengan perintah Allah atau sebaliknya.
Lantas siapa yang salah? Apakah semata-mata para calegnya? Betul  jika dikatakan bahwa keimanan mereka yang dangkallah penyebab terperosoknya mereka pada jurang kesyirikan. Namun lebih jauh, tentu jika kita melihat fenomena tidak hanya satu atau dua caleg yang memakai jasa dukun untuk bersaing, berarti ada hal lain diluar individunya? Ada sebuah sistem yang menaungi dan melegalkan perbuatan mereka, dialah demokrasi  yang  mengagungkan kebebasan tanpa batas. Wallahu A’lam Bis-Shawaab.
Kanti Rahmillah, S.T.P , M.si


Tidak ada komentar:

Posting Komentar