Minggu, 14 September 2014

Baby Daycare, Solusi atau Petaka?

Islampos.com (14 september 2014)
muslimdaily.net (14 september 2014)


MENCUATNYA kasus penyiksaan bayi 14 bulan di Baby Daycare Pertamina, membuat para ibu kembali resah, pasalnya baby daycare telah dianggap solusi jitu bagi ibu yang bekerja, namun menginginkan pengasuhan anaknya ditangani oleh orang-orang yang kompeten. Ibu tinggal mempersiapkan apa saja yang anak butuhkan selama akan ditinggal kerja. Maka dengan merogoh kocek hasil keringatnya, para ibu yang bekerja full time ini menukar uangnya dengan kualitas pengasuhan anak.
Namun lagi-lagi solusi ini mendulang kekecewaan. Kasus Lisa, ibunda yang menitipkan anak balitanya ke baby daycare Pertamina melaporkan pada pihak kepolisian atas penyiksaan yang dialami oleh anaknya tersebut. Setelah Lisa melihat memar di pipi anaknya, Lisa tergerak untuk melihat apa saja yang dilakukan para pengasuh anaknya lewat CCTV, tak diduga Lisa melihat anaknya diperlakukan kasar. Hingga saat ini baby daycare Pertamina ditutup sementara sampai evaluasi selesai.
Saat ini di Indonesia, Baby daycare sedang marak. Pendirian tempat-tempat penitipan anak / baby daycare di Indonesia berkembang seiring dengan semakin banyaknya para ibu yang bekerja. Mereka (para pengelola baby daycare) berlomba-lomba menawarkan pengasuhan anak dengan kualitas yang prima, sehingga para ibu tidak usah khawatir ketika bekerja. Anak akan diasuh oleh tenaga ahli dan terdidik sehingga pengasuhan akan terkesan berkualitas, berbeda dengan pengasuhan yang dilakukan oleh para pembantu rumah tangga yang rata-rata berpendidikan rendah. Bahkan tidak sedikit babycare di Jakarta mensyaratkan untuk pegawainya bertitel sarjana.
Sebenarnya baby daycare sudah lama berkembang di negara-negara Skandinavia. Negara-negara skandinavia adalah negara-negara dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggi dibandingkan negara-negara lainnya. Namun satu sisi lainnya, kemerosotan angka kelahiran bayi disana sangat tajam, bahkan laju pertumbuhannya minus, dalam sehari lebih banyak orang yang meninggal daripada bayi yang lahir. Ide KKG (keadilan dan kesetaraan gender) disana terhitung berhasil, para perempuannya teropinikan bahwa kehidupan domestik bagi kaum hawa adalah kuno bahkan buruk, perempuan modern dengan intelekutualitas tinggi adalah perempuan yang mampu melebur bersama kaum laki-laki di ranah publik. Ide inilah yang menjadi cikal bakal hancurnya keluarga, terutama keluarga muslim.
Baby Daycare, ejawantah dari ide KKG (Keadilan dan Kesetaraan Gender)
Ide KKG muncul di awal revolusi industri, perubahan pemikiran yang terjadi dimasyarakat menjadikan seluruh lapisan masyarakatnya memikirkan ulang apa yang menjadi kodratnya. Begitupun kaum perempuan, kehidupan yang kapitalistik dan matrealistik telah menjadikan perempuan barat merambah ke sektor publik. Seiring dengan terbukanya kesempatan kerja dan pendidikan, akhirnya mereka mampu melihat kehidupan lama mereka (sektor domestik) dengan sudut pandang yang berbeda. Inilah yang menjadi landasan pemikiran pergerakan para penggiat kesetaraan gender. Mereka memperjuangkan hak nya untuk bebas, bebas dari ikatan/nilai apapun, termasuk nilai agama.
Akhir tahun 1960, pergerakan perempuan mulai masuk ke ranah yang strategis. Diselenggarakanlah konferensi-konferensi internasional dalam mewujudkan program-program KKG. Konferensi yang paling spektakuler dan dinilai berhasil memasukan ide kesetaraan gender khususnya ke negri-negri muslim adalah konferensi PBB keempat tahun 1995 di Beijing. Konferensi yang dihadiri oleh 189 negara anggota PBB ini menghasilkan Beijing Platform for Action (BPFA).
Pada konferensi tersebut dikenalkan wawasan GAD (Gender and Development) yang intinya menekankan pada keterlibatakn perempuan dalam penentuan kebijakan. Ada 12 bidang kritis yang menjadi perhatian penting dalam BPFA:
1) Perempuan dan Kemiskinan;
2) Pendidikan dan Pelatihan Bagi Perempuan;
3) Perempuan dan Kesehatan;
4) Kekerasan terhadap Perempuan
5) Perempuan dan konflik Bersenjata;
6) Perempuan dan Ekonomi;
7) Perempuan dalam Kekuasaan dan Pengambilan Keputusan;
8) Mekanisme Institusional untuk Kemajuan Perempuan;
9) Hak Asasi Perempuan;
10) Perempuan dan Media;
11) Perempuan dan Lingkungan;
12) Anak dan Perempuan. Untuk menguatkan komitmen aksi tindak BPFA, digulirkanlah MDGs pada tahun 2000.
Karena basis ide KKG adalah ideologi kapitalistik matrealistik, pemberdayaan perempuan lebih ditekankan pada kemandirian perempuan di bidang ekonomi. Perempuan didorong untuk mandiri secara finansial agar tidak bergantung pada lakilaki. Jika perempuan sudah berperan dalam finansial keluarga, maka peran domestik tidak lagi bertumpu pada perempuan. Perempuan pun menuntut ada pembagian tugas domestik (rumah tangga) dengan laki-laki, sebagaimana jasa perempuan dalam peran finansialnya. Termasuk didalamnya pengasuhan anak dan pengelolaan rumah tangga. Namun akhirnya, seiring dengan perubahan pemikiran, bahwa diluar rumah lebih terhormat daripada di dalam rumah. Tidak ada satu pun yang mengambil peran utama dalam rumah tangga, karena ibu dan ayah sama-samaa bersaing disektor publik.
Bagaimana dengan anak-anak mereka? ketika ayah dan ibu tersita waktunya diluar rumah? akhirnya mereka akan menyelesaikannya dengan menggaji pembantu / mencari tempat penitipan anak- babyday care. Oleh karena itu baby daycare adalah salah satu bentuk ejawantah dari program BPFA yang membawa ide Keadilan dan kesetaraan Gender.
Pada titik ini, kehancuran keluarga muslim akan tampak jelas. Peran keluarga menjadi kacau, peran kepala rumah tangga yang diwajibkan kepada laki2 akan melemah, karena perempuan pun menuntut kepemimpinannya, apalagi jika gaji istri dan jabatan istri lebih tinggi dari suaminya. Peran utama ibu terabaikan -pengelolaan rumah tangga dan pengasuhan anak. Padahal peran ini adalah peran utama dan pertama dalam melahirkan generasi berkualitas yanga akan membangun peradaban.
Pembagian peran yang tidak jelas akan memicu perceraian, akhirya mereka lebih memilih menjadi single perents. keluarga yang berantakan akan memicu psikologis anak, karena tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. terbukti, kebanyakan anak-anak korban narkoba, korban freesex, anak-anak yang terlibat kriminal dan lainnya berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Pendidikan dini yaitu benteng akidah yang seharusnya mereka dapatkan sejak kecil, tak menyentuh mereka sama sekali.
Jelas sudah ide KKG yang di usung barat ini, menunjukan adanya upaya tersembunyi untuk menghancurkan bangunan keluarga dan masyarakat muslim. Mereka tidak menginginkan kebangkitan Islam, mereka menginginkan umat Islam benar-benar melupakan ajaran agamanya. Setelah mereka menghancurkan institusi Negara Islam, maka mereka menyerang keluarga. Karena keluarga adalah benteng terakhir dalam penyelamatan akidah. Wallahu’alam bi ash-shawab. 
Kanti Rahmillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar